Wednesday, April 27, 2011

Movie Review: Tanda Tanya

Easter Day. It is common in our ears this several day. Sekadar mau jujur, saya baru tau kalau itu adalah bahasa Inggrisnya paskah. (Hello!! Lo kemana aja kiiii…). Hahaha. Dan Anda harus tau kalau saya tau kata-kata itu dari siapa, Terje, my Norwegian friend. Waktu hari itu kita berbicara di virtual life. Dia bilang dia lagi libur karena easter day (duh saya ga akan cerita gimana kelanjutan pertanyaan saya, karna sangat konyol. Hahaha. Dan Anda pasti tau pertanyaan saya selanjutnya.) Oke, kembali ke hari paskah. Beberapa hari yang lalu tepatnya hari senin malam, saya dan teman saya nonton di 21. Judul film itu “Tanda Tanya”. Little bit odd, because the movie is showing during the easter day. Ga tau kenapa, Hanung Bramantyo selaku sutradaranya memilih timing di saat dekat dengan hari paskah. Mungkin dengan adanya gonjang-ganjing dan berita teroris bertebaran di Indonesia. Mungkin. Saya ga pernah ketemu dan bertanya langsung ke beliau. Ok, sebelum saya analisis, saya akan sedikit bercerita tentang filmnya.


Tokoh pertama (menurut saya sepertinya tidak ada tokoh utama) Menuk (Revalina Estemat), seorang wanita berjilbab dan taat agama Islam mempunyai seorang suami bernama Soleh, lelaki yang juga taat agama namun pengangguran. Mereka keluarga miskin di kota Semarang. Punya 1 anak perempuan dan mereka tinggal di rumah kontrakan bersama adiknya Soleh juga yang masih sekolah. Menuk bekerja di salah satu restoran China. Pemilik restoran itu Tan Kat Sun sudah tua dan sakit-sakitan, tapi beliau sangat menghargai agama lain, bahkan alat masak untuk daging babi dengan daging-daging halal lainnya dipisahkan dan dicuci di tempat berlainan. Beliau mempunyai seorang istri yang setia dan seorang anak yang bertato, Hendra namanya, dan keluyuran terus setiap harinya dan ga mau meneruskan usaha papihnya. Kemudian ada Rika, seorang muslimah dulunya namun pindah agama karena dia trauma akan poligami yang dilakukan suaminya, dia mempunyai seorang anak yang masih SD namanya Aby. Tokoh pendukung lainnya yang cukup menarik dan menghibur, kadang malah dia membuat penonton di studio 1 waktu itu ketawaan, Surya (Agus Kuncoro) yang selalu menjadi pemeran figuran walaupun bertaun-taun berpartisipasi dalam dunia perfilm-an yang akhirnya diusir dari kostan karena menunggak bayaran.

Cerita klimaks saat Soleh diterima menjadi Banser NU dan Soleh shock saat dia tahu kalau dia harus menjaga gereja. Setengah hati dia menjalaninya. Menuk yang dulunya berpadu kasih dengan Hendra lebih memilih Soleh karena Soleh taat beragama. Mulai sejak itulah Hendra sangat membeci Soleh, begitu pula sebaliknya. Hendra yang tadinya tidak mau membantu papihnya ternyata berubah dan meneruskan usaha papihnya, namun dia malah mengacaukannya dengan mengubah kebiasaan restoran saat papihnya terbaring tak berdaya karena sakit yang dideritanya. Hendra membuka tirai putih yang biasa digunakan saat bulan Ramadhan untuk menghormati ummat Islam yang sedang berpuasa, dan tetap buka pada saat lebaran hari kedua. Ha ini membuat berang Soleh yang melihat istrinya harus kerja di hari lebaran, Soleh membenci China begitpun sebaliknya Hendra. Hingga Soleh akhirnya membuat kerusuhan bersama teman-temannya dengan menghancurkan restoran China tersebut sampai-sampai Tan Kat Sun menjadi korban pukulannya dan kritis hingga akhirnya meninggal. Hendra semenjak itu sadar mengapa papihnya sangat menghargai agama lain. di cerita lainnya, Surya yang menumpang tinggal di masjid dan pengangguran diminta Rika untuk menjadi aktor di malam paskah. Surya awalnya ragu karena takut dibilang mendzolimi Islam akhirnya mengikuti ajakan itu setelah berdiskusi dengan Pak Ustadz. Dan akhirnya dia terpilih sebagai pemeran utama yakni menjadi Jesus. Terdapat berbagai macam polemik sepanjang film. Sedangkan Rika masih ga berani untuk pulang kampung karena ayahnya belum mengetahui kalau dia sudah pindah agama. Dan Rika selalu digosipkan orang karena Rika pindah agama. Cerita ga selesai sampai di situ, pada malam natal, kali kedua Surya memerankan Jesus, Soleh yang saat itu menjaga gereja bersama anggota Banser NU lainnya, Soleh menemukan paket bom di dalam gereja dan (saat itu dia masih dijauhi oleh istrinya Menuk) Soleh membawa paket bom itu keluar dan berlari menjauhi gereja. Hingga akhirnya bom itu meledak di dalam dekapannya. Saat itulah beberapa penonton mulai terharu dan menangis (salah satunya teman saya -_-“). Dan akhirnya Hendra masuk Islam, Menuk tetap kerja di restoran dan Kampung tersebut diganti menjadi Kampung Soleh. Sedangkan Rika dikunjungi kedua orang tuanya yang sudah mengikhlaskannya untuk memilih pilihannya sendiri. Surya? Saya masih ga jelas sama nasib dia sebenarnya. Hehehe

Film ini sebenarnya punya inti yang jelas mengenai pluralisme dan universalitas beragama. Toleransi, saling menghargai, dan konflik-konflik kecil bahkan besar digambarkan dengan jelas dan mudah dipahami. Penggambaran mengenai realitas kehidupan antar beragama digambarkan dengan baik oleh sutradara. Namun sayang, mengapa cuma 3 agama saja yang ditampilkan? Padahal Indonesia punya 6 agama yang diakui, Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu (diakui saat zaman Gusdur berkuasa). Hm atau mungkin singkatnya waktu yang membuat Hanung hanya mengedepankan 3 agama tersebut. Saya rasa Hanung masih kurang objektif di dalam film. Masih lebih memunculkan keislaman yang mempunyai citra teroris atau semacamnya, bahkan poligami. Saya orang yeng termasuk sangat membenci poligami, tapi saya rasa Hanung harus sedikit adil dalam bercerita. Dan menayangkan film yang sarat SARA di hari paskah? Hm, mengundang banyak pro dan kontra, tak sedikit hujatan yang diberikan terhadap Hanung maupun film tersebut. Yah, film ini banyak makna, namun perlu dikaji ulang agar orang yang menonton juga ga beda presepsi sama apa yang mau ditampilin mas Hanung. Terima kasih sudah mau membaca review film "Tanda Tanya" ini. Takk!

:)

No comments:

Post a Comment

where do you come from?

widgets

Total Pageviews